Ketua Umum PSSI, Erick Thohir, baru-baru ini menjelaskan alasan di balik belum dihidupkannya kembali Piala Indonesia, kompetisi piala domestik yang terakhir digelar pada musim 2018/2019. Penundaan ini bukan tanpa sebab, melainkan didasari oleh beberapa faktor kompleks yang perlu dipertimbangkan.
Tantangan utama, menurut Erick, adalah luasnya wilayah Indonesia dan dampaknya pada logistik dan penyelenggaraan kompetisi. Hal ini membuat penyelenggaraan Piala Indonesia menjadi lebih rumit dibandingkan dengan liga domestik reguler.
Geografis Indonesia: Tantangan Utama Piala Indonesia
Erick Thohir menekankan bahwa jarak tempuh antar wilayah di Indonesia sangat jauh, bahkan membutuhkan waktu hingga delapan jam penerbangan untuk mencapai ujung ke ujung nusantara. Kondisi ini sangat berbeda jika dibandingkan dengan negara-negara lain dengan wilayah yang lebih terpusat.
Sebagai negara kepulauan, Indonesia memiliki banyak klub sepak bola yang tersebar di berbagai pulau. Hal ini otomatis meningkatkan kompleksitas logistik dan biaya operasional penyelenggaraan Piala Indonesia.
Piala Indonesia sendiri baru tujuh kali digelar sejak pertama kali diadakan pada tahun 2005. Kompetisi ini sempat rutin hingga 2010, lalu kembali digelar pada 2012 dan terakhir pada 2018/2019, dimenangkan PSM Makassar.
Setelah itu, kompetisi ini vakum akibat pandemi Covid-19 dan hingga kini belum ada kepastian kapan akan kembali digelar.
Padatnya Jadwal Kompetisi dan Risiko Cedera Pemain
Selain faktor geografis, padatnya jadwal kompetisi baik nasional maupun internasional juga menjadi pertimbangan utama. Klub-klub sepak bola di Indonesia sering kali harus bertanding secara intensif, baik di Liga domestik maupun kompetisi internasional.
Erick Thohir menjelaskan bahwa jadwal yang padat akan menyulitkan pengaturan jadwal jika Piala Indonesia kembali digelar. Para pemain bahkan harus terbang ke negara lain untuk bertanding di tengah kesibukan liga domestik.
Hal ini berpotensi meningkatkan risiko cedera pemain, terutama bagi pemain tim nasional Indonesia yang memiliki jadwal pertandingan yang sangat padat. Indonesia masih memiliki keterbatasan dalam hal kedalaman skuad timnas.
Kekhawatiran akan cedera pemain timnas menjadi pertimbangan serius, mengingat terbatasnya pemain berkualitas di Indonesia. Cedera pemain kunci bisa berdampak besar pada performa timnas.
Dukungan Terhadap Piala Indonesia dengan Penyesuaian Kalender Kompetisi
Meskipun demikian, Erick Thohir menegaskan dukungannya terhadap Piala Indonesia. Ia hanya menekankan perlunya penyesuaian kalender kompetisi agar Piala Indonesia bisa terlaksana tanpa mengganggu jadwal kompetisi lain dan kesehatan para pemain.
Erick menekankan pentingnya sinergi dan perencanaan yang matang dalam menyusun kalender kompetisi. Hal ini penting agar Piala Indonesia dapat berjalan lancar tanpa menimbulkan masalah.
Sebelumnya, beberapa pemain, termasuk kiper PSM Makassar Reza Arya, telah menyampaikan keinginan agar Piala Indonesia kembali digelar. Mereka menilai kompetisi ini penting bagi pemain lokal yang minim menit bermain di Liga 1.
Reza Arya berpendapat bahwa Piala Indonesia dapat memberikan kesempatan bermain lebih banyak bagi pemain lokal, yang kesempatan bermainnya terbatas karena banyaknya pemain asing di Liga 1.
Sebagai informasi, Arema FC menjadi juara Piala Indonesia pada dua edisi awal, disusul Sriwijaya FC dengan tiga gelar. Persibo Bojonegoro juga pernah menorehkan sejarah pada tahun 2012, sementara PSM Makassar menjadi juara pada edisi terakhir setelah mengalahkan Persija Jakarta dengan agregat 2-1.
Kehadiran Piala Indonesia kembali sangat dinantikan, namun penyelenggaraannya harus mempertimbangkan secara matang berbagai faktor yang telah diuraikan di atas. Dengan demikian, kompetisi ini dapat terselenggara dengan baik dan memberikan manfaat bagi perkembangan sepak bola Indonesia.
