Wakil Menteri Pariwisata (Wamenpar) Ni Luh Puspa Dewi menekankan pentingnya pariwisata berkelanjutan atau “quality tourism” sebagai kunci pembenahan sektor pariwisata Indonesia. Konsep ini, menurutnya, bukan sekadar menyasar segmen wisatawan tertentu, melainkan upaya mendalam untuk meningkatkan kualitas pengalaman wisata secara menyeluruh. Hal ini disampaikan Wamenpar dalam kuliah umum di Universitas Mahendradatta, Denpasar, Bali, Sabtu (21/6).
Penerapan pariwisata berkelanjutan akan memberikan dampak positif bagi masyarakat. Bukan hanya fokus pada jumlah kunjungan, tetapi juga bagaimana meningkatkan daya saing destinasi wisata dengan memberikan pengalaman unik, bernilai tinggi, dan lestari. Hal ini mencakup aspek lingkungan, keamanan, kenyamanan, interaksi positif dengan masyarakat lokal, dan penghormatan terhadap budaya lokal.
Pariwisata Berkualitas: Bukan Sekadar Wisatawan Kaya
Wamenpar Ni Luh Puspa Dewi menyoroti kesalahpahaman umum yang mengasosiasikan pariwisata berkualitas hanya dengan wisatawan berpenghasilan tinggi. Pandangan ini sudah usang.
Tren global pasca-pandemi COVID-19 menunjukkan pergeseran preferensi wisatawan. Mereka kini lebih mengedepankan pengalaman personal, bertanggung jawab, dan ramah lingkungan.
Wisatawan modern lebih memilih moda transportasi rendah emisi, destinasi yang tidak terlalu ramai, dan akomodasi berkelanjutan.
Ketenangan dan pengalaman unik di destinasi tersembunyi lebih diutamakan daripada hiruk pikuk tempat wisata yang padat.
Konsep ini selaras dengan prinsip ekonomi pariwisata baru: low touch, hygiene, less crowd, dan low mobility.
Upaya Kementerian Pariwisata untuk Pariwisata Berkelanjutan
Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) telah meluncurkan berbagai program untuk mendukung pariwisata berkelanjutan.
Gerakan Wisata Bersih, misalnya, bertujuan untuk meningkatkan kesadaran dan kepedulian masyarakat terhadap kebersihan destinasi wisata.
Program Tourism 5.0 mendorong digitalisasi pariwisata dan pemanfaatan teknologi untuk pemasaran yang lebih efektif dan menjangkau target pasar yang tepat.
Program Pariwisata Naik Kelas fokus pada pengembangan wisata minat khusus, seperti wisata kuliner (gastro tourism), wisata bahari (marine tourism), dan wisata kebugaran (wellness tourism).
Karisma Event Nusantara (KEN) terbukti memberikan dampak ekonomi yang signifikan. Pada tahun 2024, KEN diperkirakan berkontribusi terhadap PDB sebesar Rp238,2 miliar dan perputaran uang mencapai Rp13,57 triliun.
Dampak Positif Event Lokal
Pesta Kesenian Bali 2024, misalnya, memberikan dampak ekonomi yang signifikan sekitar Rp192,3 miliar bagi Kota Denpasar dan sekitarnya. Okupansi penginapan di sekitar lokasi acara juga meningkat hingga 20 persen.
Program Desa Wisata juga berperan penting dalam meningkatkan kualitas dan kuantitas lebih dari 6.000 desa wisata di Indonesia. Program ini mendorong pertumbuhan ekonomi lokal dan pemerataan pembangunan.
Target dan Capaian Pariwisata Indonesia
Pariwisata Indonesia mencatatkan pertumbuhan yang signifikan. Jumlah kunjungan wisatawan mancanegara meningkat drastis dari 1,6 juta pada 2021 menjadi hampir 14 juta pada 2024.
Target kunjungan wisatawan mancanegara tahun ini adalah 14,6 juta hingga 16 juta, sementara kunjungan wisatawan nusantara ditargetkan mencapai 1,08 miliar perjalanan.
Dari sisi ekonomi, sektor pariwisata ditargetkan menyumbang devisa sebesar 19,0 hingga 22,1 miliar dolar AS, dan berkontribusi terhadap PDB nasional sebesar 4,6 persen (sekitar Rp1.118,6 triliun).
Pada 2024, kontribusi pariwisata terhadap PDB mencapai 4,04 persen dan penerimaan devisa mencapai 16,71 miliar dolar AS.
Pariwisata berkelanjutan bukan hanya tren, tetapi sebuah kebutuhan untuk masa depan sektor pariwisata Indonesia. Dengan strategi yang tepat dan komitmen semua pihak, sektor ini dapat terus tumbuh secara berkelanjutan, memberikan manfaat ekonomi yang signifikan, dan menjaga kelestarian lingkungan serta budaya lokal. Pemerintah dan pelaku industri pariwisata perlu terus berinovasi dan berkolaborasi untuk mencapai tujuan ini.